Thursday 26 April 2012

Kantor Pos Bandung : Sepenggal Cerita di Alun-alun Kota Bandung

Bandung mendapat julukan sebagai Parijs van Java karena keindahan penataannya dan taman-taman yang bertebaran di seluruh penjuru kota.

Meskipun mempunyai alun-alun seperti halnya kota-kota tradisional lainnya, tetapi kota Bandung bukanlah kota yang dibangun oleh penguasa pribumi karena pusat-pusat kekuasaan tradisional di daerah Parahyangan sendiri tersebar di kota Garut, Kawali, Panjalu, Majalengka, dan Cianjur.

Bagaimana kota Bandung tumbuh dan berkembang, bermula dari gubernur Jendral Hindia Belanda Marschall Herman Willem Daendels yang membangun kota-kota penting yang mempertautkan Jalan Pos Raya dengan jaringan transportasi di Jawa.

Awal pembangunan kota Bandung sendiri dimulai dari jalan Braga sekarang. Kemudian Daendels memerintahkan bupati daerah sekitar Cikapundung-Dayeuh Kolot untuk membangun kawasan sekitar Jalan Pos Raya. Pusat kotanya terletak di lingkaran kawasan antara Pasar Baru dan alun-alun atau sekitar Penjara Banceuy.

Jadi alun-alun kota Bandung justru dibangun oleh pemerintah kolonial yang dimaksudkan sebagai "ruang terbuka kota" dalam mengakomodasi prinsip-prinsip pengaturan pengaturan ruang kota tradisional di Jawa. Di kawasan alun-alun ini kemudian dibangun berbagai bangunan pemerintahan, swasta, penjara, pasar, kantor pos, dan masjid besar di kota Bandung.

Gedung kantor pos Bandung terletak tepat di sebelah Utara alun-alun pada sudut jalan Banceuy yang dibangun pada tahun 1900-an.

Pada tahun 1913, jasa pelayanan pos di kota Bandung semakin berkembang dengan dibangunnya Kantor Pos Bandung yang dirancang oleh arsitek Van Hoytema.

Pembangunan gedung Kantor Pos yang beratap pelana dan memiliki fasade modern klasik ini sangat berperan membentuk perspektif Jalan Pos Raya.

Sebelumnya di sebelah Kantor Pos terdapat sumur bor yang dibangun setelah tahun 1909 ketika Bandung dilanda penyakit kolera sehingga pemerintah memutuskan untuk membangun sarana umum ini. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika pada sore hari banyak warga masyarakat (tentu yang pribumi) datang untuk mandi di Sumur Bandung ini. Tidak hanya itu, di sebelahnya dibangun rumah sakit khusus untuk orang sakit menular, termasuk penyakit kelamin (Haryoto Kunto, 1996).

Bangunan Kantor Pos Bandung berlantai 2 (dua). Pada bagian depan didominasi jendela-jendela kaca yang membentuk pola garis vertikal sehingga bangunan tampak lebih tinggi. Atap pelana bersusun 2 (dua) dengan teritisan pendek, sehingga untuk mengurangi tempias lubang jendela didesain menjorok ke dalam. Lobby atau vestibule untuk pelayanan tampak lapang dan tinggi sehingga sistem perhawaan alamiah cukup memadai dalam mendukung kenyamanan gedung. Dibandingkan dengan gedung lain di sepanjang Jalan Asia_afrika, bangunan Kantor Pos Bandung relatif sederhana namun fungsional.

Pada tahun 1910-ansepanjang Grooten Post Weg atau sekarang Jalan Asia Afrika ini banyak dibangun gedung-gedung penting seperti Kantor NHM (Nederlansche Handel Maatschappij) serta kantor-kantor dagang lainnya. Bangunan Kantor Pos Bandung terletak pada perempatan Jalan Asia Afrika sehingga memungkinkan sirkulasi kendaraan lebih mudah dan sangat strategis.

2 comments:

  1. jadi ingat cerita kakek dan nenek ada onderneming di seberang gedung pos ada toko dezone(sekarang Matahari)

    ReplyDelete