Monday 14 November 2011

Kantor Pos dari Masa ke Masa

Sejak kehadirannya di bumi Nusantara 265 tahun silam, Kantor Pos telah menjadi artefak yang kehadirannya memiliki pengaruh penting dalam perjalanan peradaban bangsa Indonesia.



Selama kurun waktu itu, Kantor Pos (bersama institusi yang menaunginya) sebagai sebuah tempat utama berlangsungnya aktivitas perposan, terus berevolusi baik secara fisik maupun fungsinya. Semula, Kantor Pos hanya ada satu dan ditempatkan pada salah satu bagian pada gedung pemerintahan Hindia Belanda di Batavia, kini di Indonesia sudah ada tak kurang dari 3.700 Kantor Pos.

Semula dikelola oleh satu hingga dua orang petugas, kini lebih dari dua puluh ribu orang terlibat dalam derap pelayanan yang telah menjadi bisnis besar berskala global. Semua peralatan yang digunakan awalnya seadanya dengan sarana pengangkutan sebatas kuda dan keretapos, kini selain terhubung secara online dengan teknologi telematika Pos sudah mendayagunakan kereta api, kapal laut, hingga pesawat kargo.



Layanan pun semakin beragam, dari pengiriman surat dan dokumen kini Pos sudah merambah ke pengiriman dana secara instan, bahkan melaju ke pelayanan total logistik, hingga e-commerce.

Kantor Pos juga menjadi tumpuan harapan ibu-ibu rumah tangga dalam membayar listrik, air dan telepon, sama pentingnya bagi perusahaan yang menyetor kewajiban pajaknya atau mencairkan kredit dari lembaga perbankan. Pak Guru-Bu Guru honorer mengingat Kantor Pos sebagai tempat mencairkan gaji bulanan mereka.

Kantor Pos juga menjadi tumpuan harapan kelurga atau kerabat para pahlawan devisa di kampung terpencil mencairkan kiriman Western Union (WU) dari negeri yang jauh. Masyarakat tertinggal menunggu penuh harap untuk bisa datang ke Kantor Pos agar segera mencairkan dana sosial. Sementara para filatelis rajin ke Kantor Pos untuk berburu prangko terbaru yang terbit.


Ya, Kantor Pos punya arti yang banyak bagi rakyat Indonesia. Setiap anak bangsa ini pasti punya kenangan sendiri dengan Kantor Pos. Sampai-sampai, pada masa reformasi Reformasi 1998 di Yogyakarta, ketika amarah kerap berbuah destruksi, para mahasiswa yang berdemo di jalanan dengan sigap mengawal Kantor Pos yang ada di pusat kota. "Jangan sampai ada yang merusak Kantor Pos,"kata mereka. Alasannya sederhana, dari Kantor Pos itulah surat-surat dan weselpos dikirimkan orang tua mereka dari kampung halaman.



Kantor Pos adalah tempat. Dan sebagai tempat, ia senantiasa dibutuhkan oleh masyarakatnya. Setidaknya, untuk melakukan aktiviatas perposan. Tapi sesungguhnya lebih dari itu, Kantor Pos dapat memainkan peran yang lebih, karena Kantor Pos adalah salah satu titik penting pengembangan peradaban sebuah bangsa.